24 Jun 2023

Sakit

     Cerita bermula dari akhir tahun 2021 di mana aku merasa badanku ini sakit karena aku mengalami batuk-batuk yang ga sembuh-sembuh setelah satu bulan lamanya. Setelah sebulan, aku pun mencoba untuk memeriksakan diri ke dokter di awal tahun 2022. Awalnya, dokter hanya mencurigai aku hanya terkena infeksi saluran napas atas aja, akhirnya aku hanya diberi obat-obat batuk saja yang ternyata itu tidak membantu sama sekali. Batuk pun terus berlanjut, hingga berbulan-bulan lamanya. Aku bahkan sudah periksa mulai dari dokter faskes 1 (BPJS) hingga dokter yang aku yang bayar sendiri. Hasilnya sia-sia aja aku masih batuk.

    Cerita berlanjut, karena perkuliahan sudah mulai offline jadi akupun memindahkan faskes 1 dari dokter tetangga ke Pusat Layanan Kesehatan Unair (PLK Unair) Kampus C. Aku pun periksakan diri ke PLK atas dorongan temen juga. Akhirnya dokter pun mencurigai aku punya sakit TBC yang di mana ciri-ciriku kurang lebih sangat mendekati penyakit itu. Dokter pun menyuruhku buat mengoleksi dahak pagi dan dahak sewaktu-waktu. 

    Seminggu berlalu, keluarlah hasil yang menyatakan bahwa aku didiagnosis positif TBC. Hufffff.... penderitaan berbulan-bulan itu akhirnya ketahuan juga sakitnya apa. Akhirnya aku diberi obat yang harus diminum setiap hari selama 6 bulan tidak boleh ada yang terlewat karena kalau terlewat harus mengulang hitungan lagi dan bisa menyebabkan bakteri menjadi resisten sama antibiotiknya.

Spill dikit kali bentukan obatnya... 
Obat merah di atas ini diminum setiap hari di jam yang sama dengan sekali minum 3 tablet


Kalo ini diminum setiap 2 hari sekali di jam yang sama dengan sekali minum 3 tablet juga

    Bedanya obat merah dan kuning itu adalah kalo yang merah itu aku minum di bulan pertama, setelahnya ganti obat yang kuning dengan frekuensi minum yang lebih sedikit. 

    Selama itu yang bikin aku jengkel itu adalah bukan bahwa fakta kalau misal aku sakit, tapi pelayanan dari dokter samping rumah yang jahat sekali tidak mencurigai aku memiliki TBC karena dokter di PLK sekali tahu gejalaku langsung mencurigai aku terkena TBC. Pelayanan BPJS ini apakah selalu seperti ini ya? 
    
    Selama aku punya gejala sakit batuk itu, aku akan batuk sampai sekali aku melihat batukku berdarah, makan juga jadi ga bisa masuk ke lambung apalagi saat puasa itu aku betul-betul habis sahur/ buka puasa langsung muntah. Badanku jadi kurus banget saat itu, BB ku turun dari 52 jadi 45-an. Wah itu adalah fakta paling berat sih karena aku merasa banget aku jadi lemah dan tidak berdaya.

    Heran sekali kenapa dokter di Indonesia ternyata banyak yang masih asal-asalan ya dalam mendiagnosis pasiennya. Bayangkan andaikan aku ga periksa ke PLK mungkin sekarang badanku semakin digerogoti sama penyakit itu.

        Alhamdulillah sekali bulan Februari kemarin, medikasi penyakitku ini selesai. Tes menunjukkan aku sudah negatif TBC dan tidak ada penyakit lain seperti HIV/AIDS yang menyertai. Tapi tetap saja, batuk-batuk kadang masih muncul dan meskipun begitu, dokter berkata kalau batukku ini adalah wajar karena reaksi yang terjadi setelah sembuh dari TBC.

        Sehat-sehat semua ya teman-teman karena sakit itu bener-bener menguras uang, mental, dan badan. 


Share:

0 komentar:

Posting Komentar